Minggu, 27 Desember 2015

Natal yang Mukim di Kamar Lindra (Suara Merdeka, 27 Desember 2015)

Natal yang Mukim di Kamar Lindra
■cerpen Setia Naka Andrian

Natal segera tiba. Besok Natal akan mengunjungi rumahku. Juga pasti Natal akan mukim di kamarku. Namun kurasa masih sama dengan Natal yang tiap tahun mukim di kamarku, tetap tak beda. Aku masih tak mampu berbuat apa-apa. Hanya terbaring saja di ranjang sambil meniti kesunyian ini. Walaupun katanya Natal itu sangat indah, damai, dan hanya dentang lonceng yang damai saja yang mampu kudengar. Walaupun aku tak mampu membalas dentang damai bebunyian itu.
Kata ibuku, yang setiap Natal selalu bilang kepadaku, katanya Natal adalah hari yang damai. Ramai dengan lampu yang melantunkan doa-doa dari setiap rumah-rumah. Dentang damainya mengalun ke mana-mana. Kedatangannya ditunggu-tunggu oleh umat Kristiani sedunia. Namun hingga tujuh belas tahun usiaku ini, aku belum pernah menyaksikannya dengan sempurna. Aku tak tahu, kapan Tuhan mendengar doa-doaku pada setiap Natal agar aku diperkenankan menikmati kesempurnaan hari damai itu.
Kadang hatiku begitu berat dan berkecamuk dengan begitu dahsyat jika hari hendak menjelang Natal. Lebih-lebih pada masa Natal ini, Sinterklas telah mengecewakanku. Malam itu, pada tanggal 6 Desember, Sinterklas datang di kamarku. Kata ibuku, “Lindra, malam ini kau mesti bahagia. Karena Sinterklas malam ini mengunjungimu. Benar, Lindra. Ini dia datang, akan datang pada malam menjelang pestanya setiap tahun. Sinterklas datang dengan membawa berbagai macam hadiah untuk anak-anak yang manis. Dan kau adalah salah satu anak manis itu, Lindra. Kali ini Sinterklas datang membawakanmu hadiah baju bagus. Sentuhlah, Lindra. Baju yang sangat halus ini, sehalus tubuh dan hatimu.”
Aku ingat betul waktu itu, Sinterklas menyapaku, yang kata ibuku, Sinterklas berbaju merah. Kata ibuku, merah adalah warna, walaupun aku sendiri tak tahu warna merah itu seperti apa, “Hai anak manis, aku datang lagi kepadamu. Kali ini aku membawakanmu hadiah baju yang sangat bagus. Berbahagialah ya, Lindra? Malam ini, seorang malaikat penolong yang membawa daftar nama anak-anak yang baik telah memperlihatkan catatannya bahwa kau anak yang baik, kau sangat sayang kepada ibumu. Maka aku memberimu hadiah. Jangan bersedih ya, Lindra. Kau anak manis. Maka aku berhak memberimu hadiah baju bagus ini. Berbahagialah.”
Sejujurnya waktu itu aku sangat marah kepada Sinterklas. Kenapa harus memberiku hadiah baju? Bukankah aku sudah banyak memiliki baju bagus? Aku sebenarnya ingin mataku bisa melihat, mulutku bisa bicara, dan aku tak lagi lumpuh. Aku ingin kau bilang kepada Tuhan tentang permohonanku ini, Sinterklas! Bukan malah membawakanku hadiah baju!
Waktu itu aku sangat marah dan sangat bersedih. Aku yakin, ibu pasti juga bersedih, karena melihat cucuran airmataku. Tapi bagaimana lagi, aku tak mampu menolak ataupun menyanggah segala sesuatu yang disebut hadiah dari Sinterklas itu. Kapan Sinterklas mampu mendengar bahasa hatiku?
Sungguh aku sangat kecewa dengan Sinterklas. Tapi ini mending, ia memberiku hadiah baju, barang yang bisa bermanfaat bagiku. Coba kalau tahun kemarin, aku ingat betul. Tahun kemarin Sinterklas dan sukacita yang ia datangkan ke dalam perayaan Natal di kamarku telah memberiku hadiah sepatu. Apa Sinterklas tak tahu kalau aku lumpuh dan tidak bisa berjalan? Tapi tak tahu juga bila Sinterklas punya maksud lain kepadaku, ketika memberiku sepatu. Pikirku malah tahun ini ia akan memberiku hadiah agar aku bisa berjalan. Eh, ternyata tidak.
Pikirku Sinterklas terkadang memang sungguh keterlaluan. Namun terkadang aku sadar, tak apa seperti itu. Aku cukup bersyukur ketika tiap tahun Sinterklas selalu mau datang kepadaku untuk memberi hadiah. Dan aku berbahagia, karena seorang malaikat penolong yang membawa daftar nama anak-anak yang baik telah memperlihatkan catatannya bahwa aku anak yang baik, kata Sinterklas aku sangat sayang kepada ibuku. Ya, benar begitu. Karena ibuku juga sangat menyayangiku.
Tetapi ketika itu dan hingga kini aku tetap saja merasa sangat kurang bersyukur atas segala yang diberikan Tuhan kepadaku. Aku merasa sepertinya yang ada di kepala dan sekujur tubuhku tak lebih dari hiasan saja. Mataku kosong, airmataku yang hujan selalu basah meminang kesepian ini. Mata yang seharusnya mampu menemukan yang hendak kucari dan kunikmati keindahan serta kedamaian hidup di dunia, namun hingga kini aku belum mampu memperoleh itu. Aku juga masih lumpuh dan tidak bisa berjalan. Muluku juga bisu. Tuhan tidak adil! Apa dosaku Tuhan?
Aku ingin menikmati hidup ini dengan sempurna, Tuhan! Karena kata ibuku, dunia ini indah. Ada cahaya dan keistimewaan lainnya. Seperti juga tentang Natal yang berwarna-warni dengan lampu-lampunya yang bermekaran nan indah. Namun itu semua sebatas kata ibuku, juga kadang guru privatku yang berkata begitu. Ya benar, ibu dan guru privatku sering berkata seperti itu. Namun aku hanya mampu mendengar saja, hanya telingaku saja yang tidak buta. Aku hanya mampu mendengarkannya saja, aku tak dapat melihat atau menjawabnya. Hanya dalam hati saja aku bicara, dan pasti ibuku atau guru privatku tak tahu apa kata hatiku. Dan padahal setiap ada orang berkata-kata kepadaku, aku selalu ingin menjawabnya. Siapapun tak pernah akan tahu jawaban kata hatiku. Kepada berita di radio dan televisi pun selalu aku berusaha menjawabnya. Ya, radio dan televisi yang setiap hari selalu diputarkan oleh ibuku, yang katanya agar aku tahu wawasan. Dan aku pun mendengarkan kata ibu, juga apa saja yang keluar dari televisi atau radio. Ya begitulah, informasi-informasi tentang hidup manusia di dunia yang kerap selalu kudengar. Karena kata ibu dan guru privatku, itu sangat penting sebagai wawasan. Aku turuti kata mereka. Karena aku sangat menyayangi mereka berdua, juga agar aku tahu tentang perkembangan dunia serta manusia yang juga sama sepertiku. Mungkin yang membedakan hanya nasib saja.
Sebenarnya aku sangat bosan dengan hidupku ini. Dulu ketika masih kecil, beberapa kali aku hendak bunuh diri. Beberapa kali aku berguling dan terjatuh di lantai, lalu ada benda-benda padat yang membentur di kepalaku. Sempat ada gelas di lantai yang membentur dengan keras di kepalaku. Sontak ketika itu darah mengucur dengan deras dari kepalaku. Ibuku menangis meraung-raung dan memelukku dengan erat. Itu berkali-kali kulakukan, hampir setiap sebulan sekali aku berusaha bunuh diri. Namun ketika aku berusaha bunuh diri, ibu selalu saja menangis, juga ibu selalu memelukku dengan erat. Maka setelah itu berulang-ulang kulakukan, aku menjadi sadar, kalau ternyata ibu sangat menyayangiku. Setelah itu aku menjadi sadar, tak lagi berusaha bunuh diri atau sekadar menyakiti diri sendiri. Karena kata ibuku itu adalah perbuatan dosa, Tuhan tak suka dengan orang yang bunuh diri. Selain itu juga ibu sangat menderita jika aku bunuh diri. Karena kata ibuku, aku adalah satu-satunya yang dimiliki setelah bapakku meninggal ketika aku dilahirkan. Ibu pun tak mau menikah lagi, karena ibuku tak mau jika orang yang dinikahinya akan menyakitiku. Maka ibu yakin untuk memutuskan tidak menikah lagi, karena ibu sangat menyayangiku lebih dari apa pun.
Berdasarkan pengalaman yang dikatakan ibuku, jika ibu menikah lagi, maka biasanya orang itu akan jahat kepada anaknya. Karena orang itu adalah bapak tiri. Seseorang yang bukan bapak kandung. Karena bapak kandungku telah meninggal semenjak aku dilahirkan. Kata ibuku, bapakku adalah orang yang sangat baik. Bapakku adalah seseorang yang selalu bekerja keras. Buktinya ibuku kali ini tidak kerja. Ibuku hanya di rumah, menemaniku setiap saat dan ketika aku membutuhkan. Ibuku selalu merawat dan melindungiku dari apa pun, bahkan dari nyamuk sekalipun, ketika aku sedang tidur ataupun terjaga.
Aku dan ibuku merasa sangat bangga memiliki bapakku, karena ia telah mewariskan semua harta dan segala sesuatu yang dimilikinya untuk aku dan ibuku. Hingga kali ini aku dan ibuku tak perlu harus bersusah payah untuk mencari uang sebagai pemenuhan hidup, untuk makan, pakaian dan lain sebagainya. Lebih-lebih bagi ibuku yang sudah cukup lelah termakan usia, ibu tak perlu repot-repot mencari uang untuk menghidupiku yang tak berdaya berbuat apa-apa ini. Aku semakin bangga memiliki ibu. Aku yakin ibu begitu menyayangiku. Namun kadang aku masih heran kepada Tuhan, lagi-lagi kepada Tuhan. Kenapa belum juga mau mengabulkan doa-doaku agar aku mampu melihat dan berbicara? Aku juga ingin bisa berjalan, tidak lumpuh terus seperti ini. Aku bosan jika harus selalu di kamar ini, Tuhan! Aku tak kuat jika seumur hidup aku harus selalu di kamar ini! Bayangkan saja, aku setiap waktu harus selalu di kamar, dari mulai mandi, makan, berak, belajar dengan guru privat serta apa pun itu selalu saja kulakukan di kamar. Yang buta tidak hanya mata dan bibirku saja, namun tubuhku juga buta.
Hanya ibu yang selalu sabar merawatku. Aku mendengar dengan baik kasih sayang yang selalu ibu hujankan kepadaku. Semoga kelak aku mampu membalasnya, dan tentunya Tuhan juga harus mau memberikan pahala yang melimpah kepada ibuku, juga kepada bapakku yang sudah terlebih dahulu menemui Tuhan. Karena kata guru privatku, Tuhan itu baik hati. Tapi aku juga tak tahu itu bohongan atau memang benar. Katanya Tuhan adalah segala-galanya, Tuhan adalah pemilik kebahagiaan dan kenikmatan. Maka ya aku pun selalu memohon kepada Tuhan melalui doa, agar ibuku diberi pahala yang banyak. Karena ibu telah menyayangiku dengan tulus dan sepenuh hati. Juga kepada bapakku yang telah terlebih dahulu menemui Tuhan, dan kepada guru privatku yang selalu mendidik dan mengajariku tentang berkehidupan di dunia. Karena memang hanya mereka saja yang dekat dalam hidupku. Yang selalu setiap hari menemaniku, merawat dan melindungiku dari apa pun.
Malam ini aku kembali teringat. Natal segera tiba. Besok Natal akan mengunjungi rumahku. Juga pasti Natal akan mukim di kamarku. Namun kurasa masih sama dengan Natal yang tiap tahun mukim di kamarku, tetap tak beda. Aku masih tak mampu berbuat apa-apa. Hanya terbaring saja di ranjang sambil meniti kesunyian ini. Walaupun katanya Natal itu sangat indah, damai, dan hanya dentang lonceng yang damai saja yang mampu kudengar. Walaupun aku tak mampu membalas dentang damai bebunyian itu.
“Lindra, apakah kau belum tidur?” sapa ibuku kepadaku, yang memang belum tidur, “Besok Natal, Lindra. Berbahagialah. Ini Natal yang ke tujuh belas bagimu. Kau kini telah dewasa. Karena umur tujuh belas tahun adalah kematangan bagimu. Apa lagi kau adalah perempuan. Berkah Tuhan buatmu, Lindra.” Sembari iu mengelus-elus rambutku. Namun sangat menyakitkan, aku tak mampu menjawab apa yang dikatakan oleh ibuku, hanya airmata saja yang mampu kubalas, lebih-lebih agar ibu tahu kalau aku belum tidur. Dan hanya itu saja yang mampu kulakukan untuk merespon lawan bicaraku.
“Kau cantik, Lindra. Kau semakin menjadi wanita. Natal kali ini, ibu ingin bilang sesuatu, namun sebenarnya tak perlu kubilang kepadamu. Karena kau adalah tanggung jawabku. Namun ini juga harus kau dengar, entah kau mampu mendengar suaraku atau tidak. Lindra, kau tak perlu bersedih. Ini yang ingin kubilang kepadamu, Lindra. Tentang harta serta kekayaan dari bapakmu kini telah habis. Maka mau tidak mau setelah Natal besok, ibu hendak pergi mencari uang. Entah bekerja apa saja. Mencari uang agar mampu menghidupimu. Hidup kita berdua, Lindra. Maaf, kalau mulai besok mungkin ibu tak mampu menemanimu setiap waktu. Dan mulai besok juga, ibu tak mampu membayar guru privat untuk belajar bersamamu. Juga mungkin besok ibu akan pergi ke gereja untuk menengadah kepada para pengunjung. Agar di antaranya mau berbagi harta. Maaf, Lindra. Ibu akan tidak selalu ada di dekatmu. Tapi percayalah, ibu sangat menyayangimu.”
Airmataku mengalir, mengucur dengan deras. Balasku kepada ibu. Sebagai rasa sayang yang tiada terhenti. Aku yakin ibu juga sangat menangis melihat airmataku. Maaf, aku membuatmu sedih. Maaf, aku belum bersyukur atas karuniamu, Tuhan. Bagiku, hidupku merupakan suatu kesaksian yang cukup bagus bagi diriku sendiri juga bagi ibuku. Dan airmata ini adalah sukacita yang Tuhan datangkan ke dalam perayaan Natal kepadaku juga bagi ibuku. Aku harus yakin, kiranya Tuhan benar-benar mengilhamiku dengan doa-doaku dan semangat kasih sayang ibuku yang tak bertepi, serta teladan hidup agar kita dapat merayakan Natal dengan penuh iman.


Palebone, Desember 2015

43 komentar:

Zainal Oce mengatakan...

Cerpennya menarik. Semoga bisa mngnspirasi pembaca untuk menulis.

Rahmatika Devi (4A) mengatakan...

Cerpennya sangat menyedihkan namun memotivasi sekali, walaupun sepertinya dicerpen ini tidak ada jalan keluar menuju happy ending tapi menurut saya cocok sekali dibaca oleh kalangan anak anak muda atau adik adik disana yang mempunyai kekurangan dalam hal fisik, bahwasanya dalam hidup kita harus bersyukur masih ada malaikat yang menyayangi kita. Iya, ibu. Bagaimanapun kondisi kita, masalah kita, kekurangan kita, ibu adalah satu satunya tempat untuk pulang dan kembali. Ini kurang pak.. kurang panjang ceritanya, masih ingin mengetahui bagaimana hidup Lindra selanjutnya. Ini dikembangkan jadi cerbung saja Bapakkk hehehe..

Lutfi Khasanah mengatakan...

Lutfi Khasanah 4B
Cerpen yang bertemakan "Natal Yang Mukim di Kamar Lindra" diatas, sangat bagus. Pesan yang terkandung didalamnnya tersampaikan, sehingga ketika saya membacanya ikut terlarut dalam suasana. Ceritanya pun sangat menyentuh dimana seorang anak yang cacat (buta,lumpuh dan tidak bisa berbicara) sempat tidak bisa menerima kenyataan. Namun ada sosok seorang ibu yang selalu menyayanginya dan terus memotivasi. Sehingga salah satu dari berbagai cerpen ini dapat memotivasi para pembacanya termasuk saya. Terus berkaya Pak Naka, saya tunggu karya-karya Bapak selanjutnya dan semoga saya bisa seperti Bapak. :)

Unknown mengatakan...

Heni Fatmawati(15410098)4C
Menurut saya cerpen, cerita, novel atau bacaan apapun itu yang bisa saya katakan bagus adalah yang mampu membuat saya saat sedang membacanya seolah-olah bisa memnjadi tokoh dalam cerita tersebut. Saya bisa merasakan apa yg tokoh itu rasakan dan saya juga seperti sedang mengalami kejadia-kejadian yg dialami oleh tokoh dalam cerita yang saya baca. Dan memurut saya, cerpen "Natal yang Mukim di Kamar Lindra" sangat bagus, karena saat saya membaca cerpen tersebut sya bisa merasakan kesedihan, kemarahan, keputus asaan yg sedang dialami oleh tokoh Lindra.

Unknown mengatakan...

Muhammad Arum Faisal (30)
Cerpen "Natal Yang Mukim di Kamar Lindra" karya Setia Naka Andrian ini sangat menyentuh karena berisi tentang seorang anak yang bernama Lindra yang memiliki kekurangan. Dia seorang anak perempuan yang memiliki kekurangan seperti buta, tidak bisa berbicara dan lumpuh. Lindra di rawat oleh Ibunya yang sangat menyayanginya, sedangkan Ayahnya telah meninggal saat dia lahir. Dari situ saya mulai merasakan kesedihan tokoh Lindra dalam cerpen ini, dia terlahir memiliki kekurangan namun dia memiliki Ibu yang menyayanginya dan merawatnya seperti malaikat. Ditunggu karya bapak yang cetar membahana dan penuh makna selanjutnya, sukses ya pak atas karya-karyanya.

Andik Setiawan mengatakan...

Andik Setiawan (4B)
Huh cerpen "Natal Yang Mukim di Kamar Lindra" mengisahkan cerita Lindra atau aku yang lumpuh beserta ibu yang menyayanginya. Saya seolah merasakan anak yang lumpuh saat membaca cerpen ini walaupun saya laki-laki dan Si Lidra perempuan hehe, kekecewaan, rasa sedih, dan kasih sayang tercampur aduk saat saya membacanya. Bukan hanya lumpuh kaki, namun Lidra juga tidak bisa berbicara dan tidak bisa melihat. Satu-satunya indra yang dapat membuatnya berbicara ialah hatinya, namun berbicara dalam hati siapa yang akan mendengrnya, saya sontak berpikir jika diposisi itu hanya Tuhan yang dapat saya ajak berbicara. Natal adalah hari dimana Tuhan menjawab ucapan harapan atau doa dari Lidra, yang selalu ia minta ialah dapat sembuh dari segala keterbatasanya namun sekali lagi Tuhan mengirimkan malaikat yang menjawabnya dengan memberi hadiah yang lain (sepatu, baju, dll), menurut saya disini kata-kata yang disajikan sangat sederhana dan memikat untuk dibaca terus sampai akhir. Akhir cerita pendek ini membuat kita tersadar untuk selalu menyayangi dan menghargai orang tua, khususnya ibu. terima kasih Pak Naka, sudah memberikan nilai moral yang mendalam mengenai kehidupan sosial melalui tulisan cerpen ini.

Tika Aulia Rachman mengatakan...

Tika Aulia Rachman (4A)
Cerpen karya Bapak Setia Naka Andrian yang berjudul "Natal Yang Mukim di Kamar Lindra" bagi saya adalah cerpen yang menyedihkan. Walaupun menyedihkan ada cerita menarik. Karena di dalam cerpen tersebut memberikan nilai moral untuk setiap pembaca agar selalu bersyukur dengan apa yang telah Sang Pencipta berikan kepada setiap insannya. Tidak hanya itu saja, di dalam cerpen ini mengingatkan pembaca kepada sosok malaikat tanpa sayap yang selalu ada untuk kita dalam suka maupun duka yaitu Ibu.

Ratno Adi Anto mengatakan...

Menurut saya cerpen bapak memiliki cerita yang sangat baik dan menginspirasi yang dapat dilihat dari sosok ibu yang selalu memberi motivasi pada sang anak yang memiliki banyak keterbatasan dan selalu penuh keluh kesah terutama pada saat hari Natal. Banyak orang berkata bahwa ibulah pemberi bahagia pada apapun yang sayanginya terutama buah hatinya dan bapak membuktikan kata dari banyak orang tersebut melalui karya bapak ini yang berjudul "Natal Yang Mukim di Kamar Lindra".


RATNO ADIANTO
PBSI/4A

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Ismi Azahra (15410041) 4A
Natal adalah hari dimana semua berkah diturunkan oleh tuhan untuk para umat kristiani.
Kita selalu bersyukur kepada tuhan, meskipun tuhan tidak menciptakan umatnya dengan sempurna. Tetapi tuhan memberikan malaikat yg selalu menjaga kita, menyayangi kita dan rela berkorban demi kebahagiaan anak-anaknya.
Dia adalah ibu. Perempuan yang sangat tangguh dan sabar, menghadapi lika-liku kehidupan

Unknown mengatakan...

Sintya Tamara Fatimah (4A PBSI/15410028)
Menurut saya ketika membaca cerpen "Natal Yang Mukim di Kamar Lindra" bagi saya adalah menyedihkan dan banyak cerita yang menginspirasi,karena di dalam cerpen tersebut memiliki nilai sosial untuk setiap pembaca harus mampu menerima kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tidak hanya itu saja cerpen ini mengingatkan kita pada sosok malaikat yang begitu sayang pada kita yaitu ibu. Karena surga ada di telapak kakinya. Jadi jangan melupakan dan berterimakasihlah pada seorang ibu.

Unknown mengatakan...

Menurut saya cerpen yang berjudul "Natal yang Mukim Di Kamar" Karya Bapak Setia Naka Andrian setelah saya baca isi di dalam cerpen ini sangat menyedihkan dan mengharukan. Bagian yang menyedihkan itu menurut saya si tokoh yang bernama Lindra sangat kasihan.Ia merayakan natal selama 17 tahun hanya berada di dalam kamarnya saja dengan segala kekurangan yang ia miliki. dan menurut saya,tokoh Lindra bersyukur kepada Tuhan walaupun dengan keadaan yang kekurangan,Lindra masih memiliki seorang Ibu yang setia menemani Lindra dalam keadaan apapun.

Dewi Mustika Sari(4A)

Tria Mardiana mengatakan...

Tria Mardiana 4A
setelah saya membaca cerpen Setia Naka Adrian yang berjudul "Natal Yang Mukim Di Kamar lindra", menurut saya cerita cerpen tersebut menarik dan sangat menginspirasi sipembaca, khususnya anak-anak remaja di indonesia ini dan lebih pentingnya harus menghargai agama lain.
cerpen ini sangat menyentuh hati saya, dan didalam cerpen tersebut mengingatkan saya kepada sosok malaikat yang selalu ada disamping saya yaitu ibu.

Unknown mengatakan...

Firdausia Andin Kurnia 4B
Cerpen "Natal yang Mukim di Kamar Lindra" ini di awal cerita, sulit untuk di tebak banyak kejadian yang tidak terduga terjadi. Awalnya saya tidak berfikir bahwa Lendra sebenarnya seorang tuna netra dan tuna wicara. Pada awal cerita saya malah menduga bahwa Lindra ini seorang laki-laki, tetapi semakin jauh saya hanyut dalam cerpen ini akhirnya saya tahu bahwa Lindra seorang perempuan. Sangat kagum dengan sosok Ibu yang tetap tegar walau dalam kesendirian nya merawat anaknya Lindra yang berbeda dengan anak lain. Cerpen ini sangat menarik membuat penasaran dari awal hingga akhir cerita.
Nilai moral yang sangat kental sangat mengispirasi, seperti keteguhan hati seorang ibu. Cerpen ini mampu membangun emosi pembaca sehingga dapat larut dengan alur ceritanya.

Unknown mengatakan...

Hasna Nur Maulida/PBSI (4A)
Cerpen "Natal Yang Mukim di Kamar Lindra" karya Setia Naka Andrian
Menurut saya cerpen ini sangat menyedihkan ketika saya perlahan-lahan menghayati alur cerita. Saya takjub ketika seorang gadis manis Lindra yang menjadi peran utamanya. Awalanya saya tak menyangka gadis itu memiliki keterbatasan fisik dan berbeda dengan gadis yang berada diluar sana.
Yang awalnya Lindra merasa hidupnya tidak berguna, akan tetapi wanita yang ada didekatnya seorang Ibu yang melahirkannya kini merawatnya dengan baik seperti selalu menemani Lindra dalam keadaan apapun. Saya pikir Lindra bukanlah seorang gadis remaja yang manis saja,akan tetapi dia juga termasuk gadis yang luar biasa.dengan keadaan yang tidak memungkinkan itu terlihat baik-baik saja. Namun Lindra mampu menyihir keadaan menjadi baik-baik saja, mungkin semua itu terjadi karena dia mencoba mensyukuri nikmat,keadaan yang diberikan oleh Tuhan.
Mungkin jika saya berada dalam posisi belum tentu saya setegar hatinya. Ibu Lindra salah satu penyemangat dalam hidupnya ini selalu setia menemani putri kesayangannya hingga Ibu Lindra yang sudah lama di tinggal oleh Ayah Lindra tak berani menikah kembali karena tidak ingin anaknya disakiti oleh orang.
Secara tidak langsung cerpen ini tidak hanya memotivasi saja tapi juga mampu mengorelsi diri saya sendiri dengan menyadarkan saya akan lebih bisa berusaha bersyukur dalam keadaan apapun yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Tidak hanya laki- laki yang hebat wanita juga tak ingin kalah hebatnya.

Unknown mengatakan...

Ayu Yunita Sari 4B
Cerpen "Natal yang mukim dikamar Lindra" karya Setia Naka Andrian ini sangat menyedihkan dan menginspirasi bagi para pembaca karena didalam cerpen tersebut berisi tentang seorang anak yang bernama Lindra yang memiliki kekurangan/cacat seperti buta ,tidak bisa bicara dan lumpuh. Lindra sempat tidak bisa menerima semua kenyataan itu.Lindra mempunyai ibu yang sangat memperhatikan dan sangat sayang kepadanya. Lindra dirawat oleh ibunya.sedangkan ayahnya telah meninggal saat dia lahir. didalam cerpen tersebut memberikan nilai moral untuk setiap pembacanya.
cerpen ini mengingatkan kita kepada ibu. ibu adalah seseorang yang paling mencintai kita di dunia ini. Pengorbanannya untuk kita sungguhlah luar biasa. Bahkan sebesar apapun pengorbanan yang kita lakukan untuk beliau, itu tidak ada bandingannya dengan pengorbanan seorang ibu kepada anaknya. jadi kita jangan lupa berterimakasih pada seorang ibu.

Unknown mengatakan...

Romanda Bagus Ardiatma 4A
Pengorbanan seorang ibu sangatlah besar bagi anak-anaknya. Dia rela membuang jauh semua ego, hasrat, dan keinginannya demi anak-anaknya. Walaupun anak-anaknya bersalah 1000 kali, tapi ibu selalu memaafkanya tiada henti dan selalu membimbingnya kekebaikkan. Cerpen ini mengingatkan kepada ibu, hampir sama kisah saya dan lindra. Jadi, I love yuo mom.

Ruang Sastra mengatakan...

Heike Kamarullah 4C 15410118
Cerpen "Natal yang mukim dikamar Lindra" karya Setia Naka Adrian
menurut saya cerpen ini sangat menyedihkan dan mengharukan ketika benar benar menghayati alur ceritanya. awalnya diawal cerita saya tidak menyangka bahwa Lindra seorang gadis yang tuna netra dan tuna wicara. diawal cerita saya kira Lindra adalah anak yang tidak bisa mensyukuri apa yang telah ia punya dan selalu merasa tidak puas, namun semakin saya hanyut terbawa alur cerita saya jadi tau bahwa Lindra adalah seorang gadis manis yang baik yang selalu bersyukur kepada tuhan dan sangat penurut serta menyayangi ibunya dengan sepenuh hati. tokoh Lindra dalam cerita ini sungguh menggambarkan gadis yang sangat menyedihkan, ia sungguh kasihan sekali karena selama 17 tahun ia hanya menikmati natal yang indah di kamarnya dengan segala kekurangan yang ia miliki hanya dengan berbekal cerita cerita indah natal dari apa yang ia dengar dari orang orang diskitarnya. namun ia sangat beruntung karena memiliki seorang ibu yang sangat menyayanginya dengan tulus dan selalu ada setiap saat untuknya. cerpen ini sangat mengandung nilai moral yang menginspirasi seperti tentang keteguhan seorang ibu yang akan slalu berjuang dan berkorban demi anak anaknya tersayang.

idapur11.blogspot.com mengatakan...

Ida Purwati (PBSI/4C)
Barangkali memang semua orang dapat menulis, namun hanya beberapa orang saja yang tulisannya mengandung arti pesan tersendiri. Contohnya, karya karya pak Setia Naka memang patut diapresiasi. Karena tersimpan banyak pesan dan makna tersirat dalam tulisan yang beliau unggah. Dan itu juga yang dapat memotivasi kita agar bisa mengikuti jejak beliau.

Setelah membaca cerpen berjudul "natal brrmukim", sungguh luar biasa makna dalam penceritaan Lindra. Ini menunjukkan bahwa kita harus lebih bersyukur, kita masih diberi penglihatan,pendengaran,dan lain sebagainya. Memang, dalam hidup terkadang kita sering kali menyalahkan Tuhan, kenapa hidup kita berbeda dengan yang lain? Kenapa diberi cobaan yang tidak kita inginkan. Selalu kata-kata kenapa yang terlintas dalam diri manusia. Namun sebenarnya, setiap cobaan yang kita dapat selalu ada hikmah tersendiri. Ibarat main game, kita tengah naik level. Semakin tinggi level kita, ya maka akan tinggi pula tingkat cobaan hidup kita. Intinya, apapun masalahnya, selalu libatkan Tuhan. Selalu bersyukur atas apa yang Dia berikan. Dan lagi, kita tidak boleh merasa paling tinggi karena pada dasarnya, diatas langit masih ada langit.

Meyca Masita mengatakan...

Meika Nur Masita (4C PBSI 15410094)
Cerpen Bapak sangat mengajarkan bagaimana untuk mensyukuri nikmat hidup yang telah diberikan oleh Tuhan YME. Seabgai seorang manusia yang terlahir sempurna dengan tiada cacat dan kurang sedikitpun, sudah sepatutnya kita mensyukuri karunia ini. Dengan keluasan rasa syukur tentu kita akan selalu melihat ke bawah bahwa masih banyak orang-orang diluar sana dengan sejuta kekurangan masih memiliki semangat hidup yang tinggi. Cerpen Bapak mengajarkan bagi siapa saja yang membacanya untuk selalu melihat kebawah dengan penuh rasa syukur, terlebih saat masalah dirasa setumpuk gunung, serahkanlah semuanya kepada Tuhan, maka Tuhan akan menunjukkan jalan keluarnya. Tokoh Lindra dalam cerpen tersebut, memberikan teladan yang baik untuk para pembaca. Meskipun dia tidak sempurna secara fisik akan tetapi dia memiliki kesempurnaan hati. Cerpen ini sangat menarik bagi para pembaca dengan terbawa emosi yang ada di dalam cerpen tersebut. Tetaplah bersyukur kepada Tuhan atas apa yang telah Dia karuniakan kepada hamba-Nya.

Unknown mengatakan...

Inas Fatma Aulia (PBSI 4B)
Setelah membaca cerpen "Natal yang Mukim di Kamar Lindra" kita bisa bersyukur dan mensyukuri nikmat Tuhan Yang Maha Esa kepada kita. Cerpen ini terdapat banyak sekali pelajaran dan pesan moral yang dapat kita petik. Ceritanya sangatlah menarik dan terjadi secara tiba-tiba, terbukti bahwa ketika saya membaca cerpen ini pada awalnya yang saya rasakan adalah Lindra seorang gadis yang normal tanpa memiliki kekurangan dan ia tak selalu mau bersyukur dengan apa yang ia punya. Tetapi setelah semakin bawah semakin lama ceritanya ternyata tidak sesuai dengan apa yang saya tebak dan saya rasakan, seorang Lindra ternyata adalah gadis yang tuna wicara dan tuna netra. Cerpen ini pun mengingatkan kita kepada sosok seorang Ibu, sosok pahlawan bagi kita anak-anaknya, sosok yang selalu berjuang demi anak-anaknya meskipun itu dalam keadaan sulit. Sungguh luar biasa perjuangan dan pengorbanan seorang ibu ☺

Istiqomah Novitaningrum mengatakan...

ISTIQOMAH NOVITANINGRUM PBSI 3C 15410133
Sejak membuka blog pak Naka untuk pertama kalinya saya sudah tertarik dengan judul yang ada dalam kolom cerpen. Sekilas ada kata Natal disana sehingga saya mulai menerka-nerka apa isi dari cerpen ini. Bagaimana tidak, yang saya ketahui pak Naka adalah seorang muslim tetapi beliau dapat membuat cerpen berkaitan dengan hari Natal. Dalam cerpen “Natal Mukim di Kamar Lindra”, awalnya saya menangkap adanya kesedihan dan kekecewaan yang di rasakan oleh tokoh utama bernama Lindra ketika hari Natal. Meskipun demikian, lebih tepatnya ia bersedih sepanjang hidupnya karena merasa bahwa Tuhan tidak pernah mengabulkan doa-doanya agar ia dapat merasakan kebahagiaan Natal seperti yang lain. Lindra ingin matanya bisa melihat, mulutnya bisa bicara, dan ia tak lagi lumpuh tetapi hal itu tak kunjung di dapatinya. Gadis berusia 17 tahun ini tidak mampu berbagi cerita ataupun merespon hal yang di katakan oleh orang lain kepadanya, sungguh menyedihkan. Salah satu karya Bapak Naka ini mampu menghipnotis saya hingga masuk ke dalam cerita singkatnya sehingga terbawa perasaan. Setelah membaca sampai akhir cerpen ini, saya akhirnya menemukan bahwa ada banyak nilai yang dapat saya pelajari dari cerpen ini. Menurut saya, hal utama yang dapat saya tangkap dari cerpen ini adalah “Lindra” telah mengingatkan kita bahwa Tuhan telah memberikan berbagai nikmat dan kasih sayangnya namun kita seringkali mengeluh dan lupa untuk mensyukurinya. Selain itu Tuhan juga telah mengirimkan malaikat tanpa sayap yang selalu setia mendampingi kita yaitu seorang Ibu, yang senantiasa menemani kita dan mencurahkan segala-galanya demi kebahagiaan kita. Tak hanya itu, Lindra juga mengajari kita bahwa ketidaksempurnaan dan segala kekurangan yang kita miliki itu tidak harus membuat kita menjadi kecewa dan terluka karena segala sesuatu sudah diatur oleh Tuhan. Meskipun kita menganggap diri kita tidak penting, akan selalu ada orang yang mencintai kita dan bahkan hanya memiliki kita sebagai satu-satunya seperti ikatan antara Ibu dan Lindra. Mungkin Lindra bukanlah gadis normal seperti orang lain, namun ia memiliki kebaikan hati dan rasa syukur yang membuatnya menjadi sempurna dibandingkan yang lain.

Nita Pramilasari mengatakan...

Nita Pramilasari 4c
Cerpen ini sukses membuat pembaca juga ikut merasakan apa yang dirasakan oleh Lindra. Lindra adalah seorang anak yang mempunyai keterbatasan, dinatal yang ke-17nya Lindra berharap do'a-do'a yang selama ini ia panjatkan kepada Tuhannya berharap dikabulkan. namun saat Sinterklas datang Lindra merasa kecewa karena hanya diberi baju. penggambaran tokoh Lindra ini sangat kuat sehingga apabila pembaca benar-benar memahami keadan Lindra pasti akan ikut merasakan kekecewan dan kesedihan yang Lindra alami

Unknown mengatakan...

Amilliya Susanti 4B (15410083)
Cerpen yang sangat luar biasa, saat pertama membaca saya sangat heran sebenarnya apa maksud "Natal yang Mukim di Kamar Lindra". Ternyata cerpen ini sangat luar biasa sekali saya menjadi terharu saat membacanya. Kisah bagaimana seorang anak yang ingin dapat melihat, bebicara dan berjalan. Dalam cerpen ini kita dapat mengambil kikmahnya yaitu selalu bersyukur atas apa yang saat ini kita miliki kita dapat melihat, berbicara dan berjalan.
Dalam cerpen ini pula dikisahkan bagaimana kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya yang tak pernah mengenal lelah dan selalu sabar menemani kita.
Hargailah pengorbanan ibu.

Raya Aksara mengatakan...

Anis Syafiqoh 4B
Pertama kali saya membaca judul dari cerpen ini sudah ada ketertarikan untuk membaca, ceritanya membawa saya merasakan membayangkan sosok Lindra seperti dalam cerpen. Cerpen ini juga mudah dimengerti, bahwa ada seorang gadis buta, bisu, dan lumpuh yang bernama Lindra yang ingin hidup normal namun belum dikabulkan oleh Tuhan, tapi menurut saya dalam cerpen ini terlalu banyak kata yang diulang-ulang, seperti sudah dibaca di atas muncul lagi di bawah, mungkin saya yang kurang paham dengan cerpen. Tapi keseluruhan saya menikmati cerpen ini. :)

Ayu Andika Puspitasari mengatakan...

Ayu Andika Puspitasari 4A(15410049)

Cerpen "Natal Mukim di Kamar Lindra", cerpen ini sungguh menarik. Dari segi tema yang diambil merupakan tema yang mayoritas menarik jiwa pembaca. Dan ceritanya juga seperti kisah-kisah realistis yang seringkali terjadi di kehidupan. Sungguh mampu menghipnotis suasana hati menjadi ikut layu seperti suasana cerpen tersebut. Dari keseluruhan cerpen ini, banyak pesan moral yang dapat diambil pertama adalah rasa syukur, dimana apapun yang tuhan berikan dan yang tuhan ciptakan adalah sebuah anugerah terindah yang patut untuk selalu kita syukuri. Yang kedua, kasih sayang orang tua terutama seorang ibu kepada anaknya, selalu sayangilah ibu kita karna beliau adalah ciptaan tuhan sebagai malaikat tuhan yang diciptakan untuk selalu menemani hari-hari kita dari di dalam kandungan hingga tumbuh besar. Dan yang ketiga adalah jangan pernah mudah berputus asa dalam menghadapi sebuah cobaan atau masalah , mungkin memang berat masalah yang tengah dihadapi namun jangan jadikan itu sebuah alasan untuk mengambil langkah yang salah, salah satunya adalah dengan bunuh diri. Itu bukanlah jalan keluar akan tetapi merupakan keputusasaan dan pesimis. Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi umatnya. Percayalah tuhan akan selalu bersama kita.

Btw, cerpen ini bisa bikin baper abiis, hehehe

Unknown mengatakan...

Nur Wakhidatus S 4B
Dari cerpen yang berjudul"Natal yang Mukim di Kamar lindra" mengangkat kisah yang inspiratif. Seorang tuna netra dan tuna wicara yang bernama Lindra,dia masih belum bisa menerima kehidupannya yang dijalaninya sejak 17 tahun yang lalu tapi dia tidak patah semangat dengan keadaan yang dijalaninya. Namun dia sangat beruntung memiliki seorang ibu yang sabar dan sangat menyayangi dia
kita sebagai manusia yang sempurna harus mensyukuri nikmat yang telah diberikan Tuhan. Banyak hal yang dapat kita petik dari sebuah cerpen tersebut.

a34amaenda mengatakan...

Manusia hanya ingin, tetapi Tuhan-lah yang merencanakan. Kesempurnaan hanya milik Tuhan. Sebagai manusia ciptaan-Nya, kita hanya perlu bersyukur atas apa yang sudah kita miliki. Seperti dalam cerpen Natal yang Mukim di Kamar Lindra ini menceritakan seorang anak perempuan yang sudah berumur 17 tahun tetapi selama hidupnya ia hanya bisa berbaring di tempat tidur. Setiap Natal tiba, ia hanya bisa merayakannya di dalam kamar dengan kado-kado yang sudah dibawakan oleh Sinterklas. Ibunya sangat menyayanginya walaupun keadaan fisiknya tidak seperti anak-anak yang normal. Cerpen tersebut mengajarkan kepada kita agar tetap sabar dan bersyukur atas karunia yang Tuhan berikan kepada kita. (Amaenda Aprilita 4B)

Maulana Fachrizal mengatakan...

(Maulana Fachrizal Fikri 4B)
setelah membaca cerpen ini yang berjudul "Natal yang Mukim di Kamar Lindra" kita bisa ambil hikmah yaitu seberapa kita merencanakan tuhan yang menentukan dan harus bersyukur dengan segala apa yang diberikan oleh Tuhan. Didalam cerpen ini yang bernama lindra hanya bisa berbaring dikamar karena tuna netra dan tuna wicara. Meskipun begitu dia banyak yang menyayangi terutama ibunya sendiri. ketika waktu natal tiba dia hanya bisa berbaring dikamar dengan kado-kado yang dikasih oleh sinterklas.

Trisyana Arum S, mengatakan...

(Trisyana Arum Sari 4B)
Cerpen yang berjudul "Natal yang Mukim di Kamar Lindra" menurut saya termasuk cerpen yang mudah untuk dipahami oleh pembaca sastra pemula seperti saya, menggunakan bahasa sederhana atau bahasa yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari tidak banyak gaya bahasa yang digunakan. Saya dapat mengikuti alur cerpen dan sangat menikmati, sayangnya banyak pemaparan yang diulang-ulang membuat pembaca bosan.

Trisyana Arum S, mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Nurma isni mengatakan...

Menurut saya cerpen yang berjudul "Natal yang Mukim di Kamar Lindra" endingnya sulit ditebak, saya tidak menyangka jika endingnya akan seperti itu. Padahal diawal tokoh seorang ibu menunjukkan bahwa dia adalah seseorang yang penyabar dan bertanggung jawab. Dari cerpen tersebut pesan moral yang dapat diambil adalah kita harus tetap berusaha dan berdo'a dalam keadaan apapun, karena Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi batas kemampuan umat-Nya. (Nurma Isni Sofiriyatin Nahar 4B)

Unknown mengatakan...

Neli Afiatun Janah 4b
Cerpennya berhasil membuat pembaca menangis,isinya sangat menyedihkan dan dapat memotivasi orang-orang disana yang fisiknya kurang sempurna seperti Lindra. Ketika saya membaca cerpen ini saya bisa merasakan sedihnya menjadi tokoh Lindra yang fisiknya cacat dan tidak mempunyai seorang ayah. Namun diakhir cerita ini kurang bagus, saya kira Tuhan akan mengabulkan semua doa-doa yang Lindra inginkan karena setiap saat lindra mendoakan agar dirinya sembuh, tapi Tuhan berhendak lain, Lindra tetap cacat bahkan sekarang menjadi miskin.

Unknown mengatakan...

Setelah saya membaca Cerpen "Natal yang Mukim di Kamar Lindra" awalnya biasa saja, tetapi setelah sampai siapa sebenarnya Lindra, membuat saya sadar bahwa Lindra adalah seorang gadis yang memiliki kekurangan sehingga membuatnya terus menyalahkan Tuhan atas apa yang dia alami. Kesusahan yang dia alami membuatnya kurang bersyukur kepada Tuhan dan terus menyalahkan Tuhan. Akan tetapi, setelah hari Natal tahun berikutnya, ibunya memberitahu bahwa dia harus bekerja untuk menghidupi Lindra dan ibunya karena uang warisan ayahnya sudah tidak lagi mencukupi kehidupan keluarganya. Hal ini membuat Lindra sadar bahwa dirinya kurang bersyukur atas apa yang Tuhan berikan kepadanya, termasuk kasih sayang ibunya yang begitu tulus kepadanya. Cerpen ini mengajarkan kepada kita bahwa segala ketetapan yang diberikan oleh Tuhan itulah yang terbaik untuk kita. Dibalik kesusahan yang kita alami pasti terdapat kemudahan yang Tuhan berikan supaya kita terus bersyukur.
(Retno Sulisetyowati 4B)

Desi Agus Safitri mengatakan...

Kekurangan yang dimiliki Lindra membuat hidupnya menderita seperti yang telah Pak Naka tulis dalam cerpennya yang berjudul "Natal yang Mukim di Kamar Lindra" ,dia hanya berbaring dikamarnya saja saat merayakan natal. Berbeda dengan yang lainnya yang merayakan Natal dengan penuh suka cita. Namun Lindra sangat beruntung memiliki ibu yang sangat mencintainya.(Desi Agus Safitri 4A PBSI)

Lusi Mia mengatakan...

Lusi Mia Anggreani 4A
Cerpen Natal Yang Mukim di Kamar Lindra merupakan sebuah karangan yg memiliki pesan yg cukup mendalam. Dimana pada cerpen tersebut mengisahkan tentang seorang gadis yg melewati 17 kali natalnya hanya dikamar dgn semua keterbatasan yg ia miliki. Gadis yg hanya bisa mendengar tanpa pernah bisa mendengar,berbicara, maupun berjalan tersebut sselalu beranggapan bahwa Tuhan tak pernah mengabulkan satu permintaanya yg ingin melihat indahnya natal seperti yg lain. Hingga akhir ia tersadar Tuhan telah memberikan keindahan yg lebih dari apa yg dia bayangkan, yaitu sosok mailakat tanpa sayap yaitu berupa seorang ibu yg sangat mencintai dan menyayanginya sepenuh hati.

Anonim mengatakan...

Jaka Kuncoro Aji (4B)
Berdasarkan cerpen yang berjudul "Natal Yang Mukim di Kamar Lindra" ceritanya menarik dan sangat menyentuh. Karena dalam cerpen tersebut terdapat banyak sekali pelajaran yang dapat kita peroleh, misalnya kita harus lebih banyak bersyukur kepada Tuhan, lebih menghargai ibu yang melahirkannya dan jangan pernah berhenti berdoa kepada Tuhan, walaupun diri kita tidak sempurna tetapi Tuhan memberikan keindahan lain berupa seorang ibu yang penyayang kepada anaknya.

Unknown mengatakan...

Meila Pratidina 4B
Cerpen berjudul "Natal yang Mukim di Kamar Lindra" yang mengisahkan tentang seorang gadis yang memiliki keterbatasan ini sangat menyentuh. Kesederhanaan kata-kata maupun bahasa yang digunakan menjadikan cerpen ini mudah dipahami, hingga saya mampu membayangkan dan hanyut kedalam isi ceritanya. Cerpen ini juga memberikan motivasi bagi pembaca, khususnya saya, agar saya terus bersyukur atas apa yang telah saya miliki selama ini dan bahwa ibu ataupun orang tua kita pasti akan ada disamping kita apapun kondisi yang kita hadapi. Oleh karena itu, hargailah orang tua kita.

Putri Aulia mengatakan...

Putri Aulia 4A. Cerpen ini menceritakan kisah yang sangat menyentuh hati jujur saya sangat menghayati sekali dalam cerita ini. dalam penulisan cerpen tersebut tidak bertele -tele sehingga mudah untuk dipahami dan saya dapat merasakan kesedihan si tokoh Lindra yang hanya menghabiskan natalnya hanya berdiam diri dikamar dan dia tetap bersyukur memiliki ibu yang sangat baik dan sangat mencintainya .Cerpen ini juga mengajarkan kita agar lebih bersyukur atas smua rencana tuhan.

faiznewbieblogger mengatakan...

faiz amriana 4B
cerpen ini sangat menarik ceritanya. Ceritanya menyentuh hati jika benar-benar memahami apa yang ada dalam isinya. Cerpen ini membuat saya semakin bersyukur atas apa yang sudh saya miliki dan menjaga pemberian ini dengan baik.
keren dah..

Unknown mengatakan...

Yuli Wijayaningsih 4B
Cerpen yang bertemakan "Natal Yang Mukim di Kamar Lindra" ceritanya sangat mengharukan.
Seorang gadis yang cacat tapi mempunyai sesosok Ibu yang sangat menyayanginya.
Pesan moral yang dapat kita ambil dalam cerita tersebut adalah kita harus bersyukur atas segala apa yang kita miliki karena itu semua merupakan ketetapan Tuhan.

Wahyu Bambang Pratama mengatakan...

Wahyu Bambang Pratama (4A)

Cerpen berjudul "Natal yang Mukim di Kamar Lindra" yang mengisahkan tentang seorang gadis yang memiliki keterbatasan ini teramat sangat membuat setiap pembacanya iba. Kesederhanaan kata-kata maupun bahasa yang digunakan menjadikan cerpen ini mudah dipahami, hingga saya mampu membayangkan dan hanyut kedalam isi ceritanya. Cerpen ini juga memberikan motivasi bagi pembaca. Cerpen ini juga mengajarkan kita agar lebih bersyukur atas semua kehendak Tuhan.