CommaWiki, Kamus Bahasa
Kekinian
Oleh Setia
Naka Andrian
CommaWiki disebut pula sebagai meme kamus. Meme berarti lelucon yang muncul
pada era digital seperti sekarang ini. Beredar melalui gambar, video, dan
kata-kata. Maka, meme kamus dimaksudkan sebagai kamus kata bermakna lucu. Berdasarkan
data yang dikutip dari kaskus.co.id dan hot.detik.com, penemu CommaWiki
ialah seorang penulis blog. Ia bernama lengkap Putu Aditya Nugraha, pemuda asal
Bali.
Pria
pemilik akun @commaditya dan commaditya.com
telah mengunggah ribuan CommaWiki melalui
twitter pribadinya. Terbukti, akun
yang dikelolanya sejak Agustus 2009 ini telah memiliki pengikut hingga 63,4
ribu.
Kamus Nyeleneh
Dalam
hal ini, meme kamus mencatat makna kata yang sedikit nyeleneh atau menyimpang dari pengertian aslinya. Namun makna
tersebut tetap bersumber langsung dan sangat dekat dengan kehidupan/pengalaman
hidup kekinian.
Berikut
beberapa yang tersebar luas di google images,
“Kampus: tempat nyari ilmu dan gebetan buat nyemangatin belajar”; “Bad boy:
lelaki berperilaku kurang ajar, tidak baik, dan sering tidak tahu diri, tapi ganteng”;
“Mantan: yang sudah pergi, namun kadang datang tiba-tiba di pikiran, kadang
tiba-tiba ngungkit kenangan”; “Masa lalu: beberapa orang terjebak di sana,
bukan karena tidak bisa, tapi kadang memang tidak mau berusaha keluar.”; “Otw: keadaan
di mana anda masih berkalung handuk atau di bawah selimut, sedangkan rekan anda
sudah membusuk di titik pertemuan”; dan sebagainya.
Ratusan
CommaWiki terunggah begitu melimpah juga
di akun @CommaWikiIndo
dengan pengikut 9.114 dan @CommaWiki
dengan pengikut 863. Kedua akun ini, setidaknya menjadi rujukan anak-anak muda.
Mereka mengambil file gambar atau
kata-katanya untuk dipajang di media sosial yang dimiliki. Misalnya di facebook, twitter, instagram, blackberry messenger,
path, dan lain sebagainya.
Berdasarkan
pengamatan di google images, gambar-gambar
dan kata-kata CommaWiki sebagian besar
bersumber dari beberapa akun tersebut. Akun @CommaWikiIndo
misalnya, dengan unggahan 3.158 memiliki pengikut lebih banyak dari akun @CommaWiki.
Barangkali karena dinilai semua unggahannya bergambar dan tampak lebih menarik,
dengan gambar-gambar ilustrasi yang terkait dengan kata-kata dalam meme kamus
tersebut. Sedangkan akun @CommaWiki
yang hanya menggunggah kata-katanya saja tanpa mengunggah visual/gambar.
Terkait
CommaWiki juga sedikit banyak telah
disinggung oleh Rahmat Agung Purnama dalam blog pribadinya:
rahmatagungp.wordpress.com. Rahmat juga mengakui, bahwa penemu meme kamus ini
adalah Putu Aditya Nugraha, salah satu pria yang mendapatkan keberuntungan WHV
(Working Holiday Visa) di Sydney selama satu tahun. Ia sempat pula diundang tampil di salah satu TV nasional untuk membahas fenomena
meme kamusnya ini.
Putu, ternyata tercatat juga sebagai pembuat acara kreatif 'Malam Puisi' di
Bali dan kemudian diikuti kota-kota lainnya di Indonesia.
Bahasa,
Kreativitas, dan Kekinian
Kamus
meme ini dapat dikatakan sebagai temuan baru dalam perkembangan bahasa
Indonesia. Kendatipun, tetap saja tak lepas dari sisi positif dan negatifnya. Sisi
negatif, misalnya terkait perusakan makna kata, jika dinilai tidak sesuai
dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Sisi
positifnya, tentu pada kreativitas pengelolaan cita rasa pemaknaan bahasa.
Seseorang pun akan merasa menemukan ‘tawaran’ makna lain yang lebih ‘segar’ dari
setiap kata. Tentunya, tetap pada garis substansi makna kata yang sesuai KBBI tersebut.
Bahkan
cepat atau lambat, pihak-pihak yang ‘berwenang’ di dunia bahasa Indonesia akan
segera turun gunung untuk menyikapi fenomena ‘kamus bahasa kekinian’ ini. Tak
tanggung-tanggung, dengan sebutan CommaWiki
Kamus Nyeleneh telah menjelma menjadi aplikasi yang dapat diunduh gratis untuk
smart phone.
Jika
sudah sampai pada titik penggunaan meme kamus ini di gadget, barang tentu penggunaan CommaWiki
akan semakin merajalela. Anak-anak muda seusia sekolah atau mahasiswa akan gonta-ganti memasang meme kamusnya di smart phone, sambil senyum-senyum hingga
tertawa lepas. Di sisi lain, guru-guru, dosen hingga peneliti bahasa barangkali
akan tercengang dan berupaya mencari jalan keluar untuk merespons. Inikah
fenomena kerusakan bahasa Indonesia? Atau ini fenomena kemutakhiran bahasa
Indonesia?
─Setia Naka
Andrian, penyair
kelahiran Kendal, dosen Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas PGRI
Semarang (UPGRIS).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar