”Serat” Bikin Gairah
”Saya bisa menulis
puisi di mana pun dan dalam situasi apa pun. Ketika mendapat inspirasi saya
langsung mencatatnya di telepon genggam lalu mengembangkannya di rumah,” kata
Setia Naka Andrian (27).
Puisi-puisi alumnus
S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UPGRIS dan S-2 Pendidikan Bahasa
Indonesia Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini kerap menghiasi halaman
”Serat” Harian Suara Merdeka (SM) yang terbit di hari Minggu.
Bagi pria kelahiran
Kendal ini, puisi yang diterbitkan harian yang berulang tanggal kelahiran ke-66
pada 11 Februari ini jadi pembuktian kepada kedua orang tuanya di rumah.
Maklum, kegiatannya yang padat baik di kampus maupun berbagai komunitas sastra
membuat dia jarang pulang. Penerbitan karya puisinya jelas membuat dia bangga.
”Orang tua tahu
karena setiap hari membaca SM. Dengan pemuatan puisi saya, mereka tahu bahwa di
kampus saya melakukan hal positif,” katanya. Selain puisi, ia juga menulis
cerpen dan esai. Cerpennya dua kali dimuat di halaman yang sama.
Lingkup Nasional
Kebanggaan lain Naka
juga muncul lantaran persaingan ketat bagi karya seseorang untuk bisa dimuat.
Lebih-lebih lagi meski SMitu koran lokal, tetapi ”Serat” yang berisi cerpen,
puisi, dan esai telah memiliki lingkup nasional. ”SMbersanding dengan
korankoran nasional yang juga menerbitkan karya sastra.
Para pengarang yang
berebut mengisi kolom itu pun tidak hanya dari Jateng, tetapi dari berbagai
daerah di Indonesia,” ujar penyair yang bakal menerbitkan buku puisi Perayaan
Laut dan Manusia Alarm ini.
Bagi Naka, halaman
sastra ini sangat bermanfaat bagi para pengarang. Apalagi buat dirinya yang
merupakan pengajar sastra, kolom sastra di hari Minggu menjadi salah satu
referensi ketika mengajar.
”Dari kolom tersebut
para pengarang pemula belajar dan saling mengenal. Dan, kolom inilah yang
menggairahkan kami untuk terus berkarya….” (Dhoni Z-62)
”Serat” Bikin Gairah
”Saya bisa menulis
puisi di mana pun dan dalam situasi apa pun. Ketika mendapat inspirasi saya
langsung mencatatnya di telepon genggam lalu mengembangkannya di rumah,” kata
Setia Naka Andrian (27).
Puisi-puisi alumnus
S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UPGRIS dan S-2 Pendidikan Bahasa
Indonesia Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini kerap menghiasi halaman
”Serat” Harian Suara Merdeka (SM) yang terbit di hari Minggu.
Bagi pria kelahiran
Kendal ini, puisi yang diterbitkan harian yang berulang tanggal kelahiran ke-66
pada 11 Februari ini jadi pembuktian kepada kedua orang tuanya di rumah.
Maklum, kegiatannya yang padat baik di kampus maupun berbagai komunitas sastra
membuat dia jarang pulang. Penerbitan karya puisinya jelas membuat dia bangga.
”Orang tua tahu
karena setiap hari membaca SM. Dengan pemuatan puisi saya, mereka tahu bahwa di
kampus saya melakukan hal positif,” katanya. Selain puisi, ia juga menulis
cerpen dan esai. Cerpennya dua kali dimuat di halaman yang sama.
Lingkup Nasional
Kebanggaan lain Naka
juga muncul lantaran persaingan ketat bagi karya seseorang untuk bisa dimuat.
Lebih-lebih lagi meski SMitu koran lokal, tetapi ”Serat” yang berisi cerpen,
puisi, dan esai telah memiliki lingkup nasional. ”SMbersanding dengan
korankoran nasional yang juga menerbitkan karya sastra.
Para pengarang yang
berebut mengisi kolom itu pun tidak hanya dari Jateng, tetapi dari berbagai
daerah di Indonesia,” ujar penyair yang bakal menerbitkan buku puisi Perayaan
Laut dan Manusia Alarm ini.
Bagi Naka, halaman
sastra ini sangat bermanfaat bagi para pengarang. Apalagi buat dirinya yang
merupakan pengajar sastra, kolom sastra di hari Minggu menjadi salah satu
referensi ketika mengajar.
”Dari kolom tersebut
para pengarang pemula belajar dan saling mengenal. Dan, kolom inilah yang
menggairahkan kami untuk terus berkarya….” (Dhoni Z-62)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar