Belajar
Budaya Lewat Esai
Judul
Buku : Remang-Remang
Kontemplasi: Bunga Rampai 2009-2016
Penulis : Setia Naka Andrian
Penerbit : Rumah Diksi Pustaka, Kendal
Cetakan : November 2016
Tebal : x + 248 halaman
ISBN : 978-602-6250-25-4
MEMBACA-esai
satrawan kadang membingungkan karena begitu dalamnya kata yang digunakan untuk
mewakili ungkapan rasa, ide dan gaya pemikirannya. Hingga, orang awam kadang
tidak bisa langsung memahami apa yang disampaikan. Namun siapa sangka melalui
buku ”Remang-Remang Kontemplasi” karya Setia Naka Andrian ini, pembaca akan dibawa
pada gaya bahasa yang renyah dalam menyikapi persoalan dunia bila ditinjau dari
aspek budaya dan sastra. Terlebih, penulis juga fasih soal sastra dan
budaya.
Buku
ini hadir sebagai pergulatan ide yang ’mahal’, karena dihimpun dari
gagasan-gagasan kecil yang muncul untuk kemudian diteruskan melalui sebuah
kontemplasi yang alhasil kemudian disajikan
menjadi utuh. Maka saat membaca buku ini pembaca akan mendapati esai dari tiga hal,
mulai dari seni budaya, satra, dan pendidikan. Semua esai tersebut punya nafas
budaya dan sastra yang begitu kental namun bukan yang membingungkan melainkan lugas,
nyata, dan mampu menguliti sebuah ide persoalan yang terjadi tanpa tirai
selembarpun.
Buku
setebal 248 halaman ini sebenarnya karya yang telah disajikan sudah terlebih
dahulu tayang di beberapa media masa. Tentu ini menjadi nilai plus karena
secara konseptual pemikiran sudah dilemparkan ke publik untuk kemudian coba
dihimpun dalam bunga rampai secara utuh.
Akhirnya,
betapa mahalnya nilai buku ini karena gagasan ’yang tercecer’ kemudian coba disatukan
menjadi buku dan dihadirkan ke pembaca. Pesannya tidak lain agar saat punya ide
segera olah, jangan didiamkan melainkan dilanjutkan dalam kontemplasi yang
mendalam. So, buku ini layak dibaca karena mengajak kepada pembaca membangun
potensi kreatif diri yang terpendam agar bisa dibaca orang lain.
Peresensi : Usman
Roin
Mahasiswa S2 PAI UIN Walisongo Semarang
dan Penulis Buku ’Langkah Itu Kehidupan’.
1 komentar:
Pemahaman seseorang dalam memahami sebuah karya terlebih esai tentulah berbeda, bahkan menurut saya sulit dan tidak dapat dipahami hanya dalam sekali baca.
Tetapi dalam buku Bpk yg berjudul " Remang-Remang Kontemplasi" tersirat sebuah pesan yakni " saat punya ide segera olah, jangan didiamkan melainkan dilanjutkan dalam kontemplasi yang mendalam". Itu perlu kita contoh sebagai generasi penerus. Karena percuma jika kita memiliki sebuah ide maupun gagasan tidak diimbangi dengan merealisasikannya melalui karya.
Dian hardiyanti/4C
Posting Komentar