Catatan Harian Seorang Bapak
‘Nakal’
Oleh Setia Naka Andrian
Judul Buku :
“Bapak Nakaaal...!”
Penyusun :
Budi Maryono
Penerbit :
Gigih Pustaka Mandiri
Cetakan : I,
April 2017
Tebal :
xiv + 376 halaman
ISBN :
978-602-1220-14-6
Di era seperti sekarang ini, tentu masyarakat kita
telah begitu asing dengan catatan harian. Diary (buku harian) seakan telah
menjauh dari benak, ingatan, dan imaji seseorang. Buku harian yang dulu
berwujud kecil-mungil dan selalu dibawa ke mana pun seseorang pergi, kini tak
tersentuh, tak menjadi bagian dari aktivitas keseharian lagi.
Seseorang seperti sudah tidak lagi punya waktu
untuk mencatat segala yang dialami, dijalani, dan berkesan setiap harinya.
Seseorang sudah terlanjur disibukkan dengan seabrek rutinitas dan pekerjaannya
masing-masing. Sibuk menyuntuki gawai canggihnya untuk berkomentar dalam
group-group media sosial saat menunggu bus di halte, menunggu keberangkatan
kereta, atau menanti jadwal penerbangan di bandara.
Meski sesungguhnya tak pelak lagi, setiap diri
tentu butuh mengabadikan momen bermakna, memanjangkan ingatan dari kejadian
yang berkesan, baik momen personal atau peristiwa lain bersama sahabat, pasangan,
komunitas, atau keluarga.
Budi Maryono dalam bukunya “Bapak Nakaaal...!” (Gigih Pustaka Mandiri, April 2017) seakan mengajak dan mengingatkan
kembali kepada khalayak ramai, betapa catatan harian perlu dikerjakan lagi. Buku
yang cukup tebal tersebut berisi catatan dari kisah penulis bersama keluarganya
dalam berlaku hidup di rumah, bermasyarakat, beragama, berbangsa dan bernegara.
Bertitimangsa 2010-2014, tiap tahun terdiri dari berbagai judul yang telah
berurutan kapan peristiwa terjadi dan kapan catatan dituliskan.
Budi Maryono seakan berikhtiar mencipta sejarah
kehidupan bagi keluarga, bagi seorang istri dan ketiga anaknya. Catatan-catatan
ditulis dengan pengisahan sederhana, mudah dipahami dan tidak panjang, rata-rata
berkisar dua hingga tiga halaman. Nampak jelas, penulis prosa Di Kereta Kita Selingkuh (2008) ini hendak
menyasar para pembaca yang lebih luas, tidak hanya para penyuka sastra semata,
namun ia tujukan untuk keluarga Indonesia.
Kejadian-kejadian sederhana dan syarat tak terduga
di benak pembaca dihadirkannya dalam buku ini. Dari mulai kisah keluarga
penyayang kucing, persoalan pengasuhan anak, penanaman akhlak dan moral bagi
anak, memerdekakan anak dalam menentukan masa depannya, hingga perihal laku
keluarga dalam beragama.
Rencana
semula berdua saja tapi kemudian berubah pikiran dan kami sepakat untuk iktikaf
serumah. Kemarin, Jumat 17 Agustus, kami pun berangkat dengan taksi sekitar
pukul sepuluh malam. (Ketika Lebaran di Depan Mata, hlm. 179).
Kisah Budi Maryono bersama istri dan anak-anaknya menjalani iktikaf berjamaan
di Masjid Baiturrahman Semarang pada malam 29 Ramadan. Tengah malam hingga
pukul tiga pagi, mereka memilih baitullah
ketimbang baitulmall ketika
lebaran sudah di depan mata.
Budi Maryono, dalam buku ini menyuguhkan
kisah-kisah berbentuk prosa pendek yang bersumber dari kenyataan hidupnya. Kisah-kisah
mengalir dengan nada tak menggurui, walaupun terkadang kerap didapati nasihat
yang ia sampaikan kepada anak-anaknya melalui dialog dalam kisahnya. Ia
memposisikan diri sebagai “bapak” pencatat. Lebih banyak menyibak momen istri dan
anak-anaknya, baik di dalam maupun di luar rumah. Namun, ia tetap menjadi bapak
‘nakal’ dalam menyutradarai jagat keluarganya.
Hanya saja, ada bagian-bagian kisah yang seakan
menjenuhkan pembaca. Ketika Budi Maryono tak sedikit menghadirkan kisah-kisah
momen ulang tahun yang berulang setiap tahunnya. Anggota keluarganya berjumlah
lima, berapa kali dalam setiap tahun kisah itu berulang? Belum lagi, ulang
tahun pernikahannya pun kerap dikisahkannya pula. Meskipun ceritanya tercatat
berbeda-beda, namun jika dengan momen sama, tentu tetap saja akan mengganggu
mata pembaca.***
─Setia
Naka Andrian, Dosen Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
Universitas PGRI Semarang. Menulis buku “Perayaan Laut” (April 2016) dan
Remang-Remang Kontemplasi (November 2016).
2 komentar:
terimakasih atas catatan terhadap catatan ini, Naka...
Sebuah cerita yang menarik dan menginspirasi pak
Posting Komentar