Pembukuan Cerpen dan Kerja Komunitas
Oleh Setia Naka Andrian
Judul Buku : Kekasih
Lautong dan Melati untuk Lin
Penyusun : Sulung
Pamanggih, dkk.
Penerbit : Cantrik
Pustaka
Cetakan : I,
Februari 2017
Tebal : xiv
+ 125 halaman
ISBN : 978-602-60963-6-4
Pembukuan kumpulan cerpen terbaik, setidaknya
menjadi bukti keberadaan bagi media terbitan semacam majalah, buletin, dan
koran. Menjadi upaya pergulatan kepengarangan atas capaian estetika bagi
komunitas. Mengukur kualitas karya dari tahun-tahun yang telah berjalan dan
terlewat dalam kurun waktu tertentu. Dengan harapan mampu menjadi ikhtiar
pengingat, penanda, etos, dan pengukur gerak proses kreatif dalam berkomunitas.
Buku kumpulan cerpen Kekasih Lautong dan Melati untuk Lin karya Sulung Pamanggih, dkk.
(Cantrik Pustaka, Februari 2017) menjadi bukti pergolakan gerak komunitas anak
muda (mahasiswa) yang menempa diri dalam gerak literasi. Cerpen-cerpen terbaik
dikumpulkan selama enam tahun terbitan buletin Keris yang digawangi UKM (Unit
Kegiatan Mahasiswa) KIAS Universitas PGRI Semarang, sejak 2010 hingga 2016. Berisi
dua belas cerpen dengan tawaran ragam tema, ditulis oleh mahasiswa dengan latar
belakang berbeda-beda pula.
Diawali dengan cerpen berjudul Lik Tarbu garapan Sulung Pamanggih, mengisahkan
kesetiaan sang suami (Lik Tarbu) dalam merawat istrinya yang lumpuh. Sebuah
cerpen dengan bangunan narasi dan dialog yang mengalir pelan, namun masih
syarat dengan pergolakan yang menyesaki benak pembaca atas detail pengisahannya.
Terlihat
sangat sabar Lik Tarbu menyikat gigi istrinya, membersihkan lubang telinga
serta mengusap-usap tubuhnya sampai bersih. (hlm. 1). Konflik muncul dan digiring sedemikian rupa selepas istrinya
meninggal. Lik Tarbu, seorang lelaki tua kaya yang gila atas kematian istrinya.
Ia seakan tak kuasa menjalani hidup tanpa istrinya yang meninggal saat hamil.
Bahkan Lik Tarbu tak pernah mau untuk menikah lagi, meskipun tak sedikit
perempuan yang datang hendak melamarnya.
Sudah
lima pelamar yang ditolak, padahal mereka bisa dibilang cantik. Ada juga mahasiswi
dari kota yang melamarnya, namun Lik Tarbu tetap menolak. (hlm. 10). Dalam cerpen ini, Sulung Pamanggih seolah-olah
berupaya menyuguhi pembaca dengan tema sederhana, namun ia pertimbangkan
bagaimana cerita itu menjadi berarti bagi pembaca.
S. Prasetyo Utomo, dalam pengantarnya memberikan
penguatan bahwasanya dua belas cerpen cenderung pendek secara struktur, tetapi
tetaplah memenuhi kesempurnaan unsur-unsurnya. Tema-tema yang diangkat berkisar
pada kegelisahan pencarian akan eksistensi manusia yang dibenturkan pada
konflik batin untuk memahami pihak lain di luar diri seseorang.
Buku kumpulan cerpen ini pada saat peluncurannya
berkesempatan dihadiri dan diulas Agus Noor. Ia menyoroti cerpen Bulan Terlanjur Pecah garapan Khoerul Maftuhah
yang dihadirkan dengan ide menarik. Dikisahkan dalam cerita, terdapat seorang
perempuan yang tubuhnya menjadi beku ketika musim hujan datang. Kemudian
tubuhnya akan pecah, lalu perempuan itu akan memunguti tubuhnya kembali hingga
tubuhnya menjadi seperti semula.
Namun, bagi Agus Noor, kisah itu kurang mampu meyakinkan
pembaca. Menurutnya, seabsurd apa pun sebuah cerita harus mampu meyakinkan
pembaca. Dalam cerita, absurd tidak ditopang dengan argumen-argumen yang
mendukung dan membangun peristiwa. Tidak dihadirkan bagaimana yang dialami
perempuan itu akibat keturunan, penyakit, dan lainnya. Seyogianya, simbol-simbol
yang ditawarkan pun dapat dipertanggung jawabkan.
Terlepas dari segala kekuatan dan kelemahannya itu,
setidaknya kehadiran buku ini menjadi sebuah monumen tersendiri bagi dunia
literasi kampus dan berupaya merekomendasikan beberapa penulis berbakat untuk
berproses di medan juang yang lebih menggetarkan. Baik dalam ajang-ajang
festival kepenulisan dan pertarungan penerbitan cerpen di media massa. Setidaknya
tidak sedikit penulis dalam buku kumpulan cerpen ini, selepas mereka lulus
kuliah telah menorehkan cerpen karyanya di ruang-ruang media lokal maupun nasional.***
─Setia
Naka Andrian, Dosen Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
Universitas PGRI Semarang.
1 komentar:
Pak saya tertarik dengan cerpen ini,ceritanya sangat menginspirasi
yang di kisahkan menunjukan rasa kepedulian yang sangat dalam menghantuhi sesuatu yang ia ingginkan .Sanggat bagus
Posting Komentar