Wakul Pustaka dan Godaan Berliterasi
Oleh Setia
Naka Andrian
Belakangan
tidak jarang dan begitu panjang diperdebatkan perihal dunia cetak dan digital.
Semua seakan memberikan riwayat masing-masing yang dirasa sama-sama kuat atas dua
hal tersebut.
Namun,
tetap saja buku-buku cetak, koran, atau majalah cetak tetap yang masih tetap
dan perlu diperjuangkan. Seperti halnya yang dilakukan oleh Komunitas
Lerengmedini (KLM) Boja Kendal Jawa Tengah.
Komunitas
sastra di daerah kecil di Lereng Kebun Teh Medini yang begitu intens dalam
program-program mulia dalam menggerakkan denyut sastra. Dari mulai Parade
Obrolan Sastra dan Kemah Sastra yang sudah digelar tahunan dengan menghadirkan
tokoh-tokoh sastra maestro, di antaranya Agus Noor, Ahmad Tohari, Remy Sylado,
Korrie Layun Rampan, Martin Aleida, Iman Budhi Santosa dan sederet sastrawan
lain.
Mereka
kerap menjalankan gerakan tersebut selama berhari-hari di Bumi Perkemahan Lereng
Medini. Menyuntuki buku, pentas baca puisi, hingga obrolan-obrolan kreatif yang
terus didengungkan di sana.
Itu pun
belum cukup atau menghentikan kegelisahan. Mereka buktikan, akhir-akhir ini KLM
tengah gencar-gencarnya menggalakkan program mulianya yang diberi nama Wakul Pustaka. Dengan niatan sederhana,
kata mereka, bahwasanya manusia tidak hanya cukup memberikan asupan untuk tubuh
dengan hanya mengisi perut. Namun, bacaan-bacaan pun diperlukan manusia,
khususnya bacaan sastra.
Buku-buku
sastra tersebut, yang berupa puisi, cerpen, dan novel akan mereka letakkan di
sebuah wakul, tempat nasi yang
terbuat dari anyaman bambu yang biasanya digunakan oleh warga desa.
Wakul Pustaka itu kemudian mereka tawarkan ke warung-warung makanan yang ada di
Boja. Dengan begitu, para pembeli akan menyantap buku-buku sastra tersebut. Mereka
bisa menikmati puisi, cerpen atau novel atau bahkan buku-buku umum lainnya sembari
menunggu makanan disajikan, atau selepas menyantap makanan.
Tentu
sudah sangat wajar kita temukan di warung-warung makan, bertebaran koran-koran
yang setiap hari diletakkan di meja-meja. Dengan dalih, para pelanggan merasa
sedikit tergoda untuk membaca berita-berita atau apa saja yang ditawarkan dalam
koran.
Godaan
Wakul Pustaka seolah ingin menawarkan
jika bacaan umum, dan sastra pada khususnya, itu juga sangat diperlukan untuk
asupan gizi bagi jiwa manusia. Barangtentu, selain buku-buku dari tokoh-tokoh
sastra nasional, buku terbitan komunitas mereka pun akan ditampilkan.
Jika
ternyata dalam buku-buku bacaan tersebut juga didapati penulis lokal yang
ternyata dikenal oleh para pelanggan di warung, KLM pun sangat berharap dengan
begitu setidaknya akan membuat masyarakat Boja tergugah untuk mengenal dunia
komunitas, dunia baca, dan dunia tulis-menulis lebih lanjut.
Lebih-lebih
akan semakin mengepakkan sayap KLM yang selama ini berproses di Taman Baca Masyarakat
(TBM) Pondok Maos Guyub di Desa Bebengan, Kecamatan Boja, Kendal. Banyak
aktivitas yang dilakukan oleh KLM di taman baca tersebut.
Misalnya,
Reading Group, proses tadarus novel
buku dengan pelan-pelan setiap seminggu sekali yang dilakukan bersama anak-anak
seusia sekolah di lingkungan desa tersebut. Dari mulai pembacaan novel-novel
sastrawan Indonesia, hingga tokoh dunia semacam Ernest Hemingway dengan
karyanya The Old Man and The Sea pun
sempat disuntuki di ruang taman baca kampung tersebut. Bayangkan!
Bahkan,
sempat pula dilakukan penghargaan tahunan yang diberikan kepada penulis puisi,
cerpen, pembaca puisi, dan beberapa pelaku kreatif lainnya yang semua berasal
dari lingkungan tersebut.
Segala
aktivitas itu tentu dapat dicontoh dan dapat dikembangkan di daerah-daerah lain.
Tentu butuh kesadaran dan penyadaran. Baik bagi para pegiat agar siap berdarah-darah
menyusun strategi gerakan. Dan, dukungan bagi siapa saja untuk turut serta
meramaikan, menyuarakan, dan menjaga makna gerakan literasi tersebut. Tentu
semua akan berjalan beriringan. Patut kita contoh apa yang telah dilakukan KLM
tersebut.***
─Setia Naka
Andrian, lahir dan tinggal di Kendal. Pengajar di
Universitas PGRI Semarang. Buku puisinya “Perayaan Laut” (April 2016). Saat ini
sedang menyiapkan penerbitan buku puisi keduanya “Manusia Alarm”.